
Di masa lalu, wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Kedawung bernama Wanasari. Desa ini berada di tepi Sungai Serayu yang mengalir tenang namun menyimpan kekuatan. Sungai tersebut menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat setempat, baik sebagai sumber daya alam maupun jalur aktivitas ekonomi warga.
Nama Kedawung diambil dari sebuah pohon besar yang tumbuh di daerah RT 03 RW 01, tak jauh dari area pemakaman desa. Pohon tersebut dikenal masyarakat sebagai pohon Kedaung, dan menjadi penanda alami yang mudah dikenali.
Tak jauh dari lokasi tersebut, terdapat sebuah tempat yang disebut Tambangan. Wilayah ini berada di tepi Sungai Serayu dan menjadi batas alam Desa Kedawung. Tambangan dulunya merupakan pusat aktivitas penambangan pasir dan batu dari dasar sungai. Para penambang datang dari Kemojing, sebuah wilayah di Kemangkon, Purbalingga. Mereka menyeberangi sungai menggunakan perahu kecil untuk mencapai Tambangan.
Tambangan menjadi titik sibuk setiap harinya. Aktivitas para penambang berlangsung dari pagi hingga sore, mengangkut pasir dan batu sebagai bahan bangunan. Di tengah hiruk-pikuk itu, pohon Kedaung berdiri tegak memberikan keteduhan. Rindangnya daun dan kuatnya akar pohon tersebut seakan menjadi simbol keteguhan dan ketahanan masyarakat setempat.
Seiring waktu, pohon Kedaung semakin dikenal sebagai penanda wilayah, dan nama Kedawung pun mulai digunakan masyarakat untuk menyebut kawasan tersebut. Hingga akhirnya, nama Kedawung secara resmi menggantikan nama Wanasari, dan menjadi identitas desa yang digunakan hingga kini.
Artikel saat ini masih dalam tahap pengembangan. Informasi akan terus diperbarui seiring dengan proses pendataan dan verifikasi dari berbagai sumber resmi. Mohon kesabarannya, dan pantau terus untuk mendapatkan informasi terbaru.Artikel saat ini masih dalam tahap pengembangan. Informasi akan terus diperbarui seiring dengan proses pendataan dan verifikasi dari berbagai sumber resmi. Mohon kesabarannya, dan pantau terus untuk mendapatkan informasi terbaru.